Kilas Balik Gathering KSBI 2024: Membangun Kesadaran dan Dukungan untuk Penyandang Spina Bifida di Indonesia
Dok. Pribadi
Nektarnews.com – Jakarta, 9 Maret 2024 -
Komunitas Spina Bifida Indonesia (KSBI) mengadakan kegiatan Gathering pada
tanggal 9 Maret 2024 di Jakarta. Dengan jumlah anggota mencapai 268 orang, Ayu
Primarini sebagai Ketua Komunitas mengatakan bahwa KSBI memiliki misi untuk
memperkuat solidaritas di antara anggotanya dan meningkatkan kesadaran publik
tentang Spina Bifida, yang ternyata merupakan salah satu birth defect
(cacat lahir) yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Ayu menyampaikan “Ada
tiga hal yang menjadi prioritas dari KSBI: meningkatkan solidaritas antar
anggota, semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang kondisi
spina bifida, meningkatkan jejaring dan dukungan kepada penyandang spina
bifida.” Untuk itu, KSBI aktif
menggunakan sosial media, melalui platform Instagram, facebook, maupun tiktok.
Didirikan sejak Desember 2010
oleh Ibu Irawati dan beberapa orang tua maupun penyandang spina bifida untuk
memberikan dukungan kepada orang tua yang memiliki anak dengan Spina Bifida,
KSBI telah menjadi titik dukungan penting bagi keluarga yang terkena dampak
kondisi ini. Pendirian komunitas ini dimotivasi oleh kurangnya awareness
terhadap Spina Bifida dibandingkan dengan kondisi cacat lahir (birth defect)
lainnya. Hal ini mengakibatkan informasi dan keilmuan para tenaga medis di Indonesia
pada waktu itu kurang update dibandingkan dengan di luar negeri,
termasuk peralatan yang digunakan untuk menangani penyandang Spina Bifida.
“Saya sampai memesan beberapa alat dari teman saya di luar negeri, karena di
Indonesia belum ada,” kata Ibu Ira.
Spina Bifida adalah cacat lahir
yang terjadi ketika tulang belakang bayi belum sepenuhnya tertutup selama
perkembangan prenatal. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai dampak kesehatan
yang bervariasi, termasuk kesulitan dalam bergerak, masalah kesehatan urologi,
serta masalah saraf, baik motoric maupun sensorik.
Jenis-jenis Spina Bifida
meliputi:
1. Occulta:
Merupakan bentuk paling ringan dari Spina Bifida, di mana tulang belakang bayi
terbuka, tetapi saraf sumsum tulang belakang tidak terpengaruh dan tidak
menonjol keluar dari tulang belakang. Gejala seringkali tidak terlihat dan
mungkin tidak menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan.
2. Meningocele:
Pada jenis ini, terdapat kantung cairan yang menonjol keluar dari tulang
belakang, tetapi jaringan saraf tidak terpengaruh. Meningocele umumnya
menyebabkan masalah ringan dan dapat dioperasi.
3. Myelomeningocele:
Merupakan bentuk yang paling serius dari Spina Bifida, di mana kantung cairan
dan jaringan saraf menonjol keluar dari tulang belakang. Ini dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada saraf tulang belakang dan berbagai masalah kesehatan
serius, seperti kesulitan bergerak dan masalah dengan fungsi organ.
4. Lipomyelomeningocele:
Dalam kasus ini, terdapat lipoma (pembengkakan lemak) yang menutupi cacat di
tulang belakang, disertai dengan kantung cairan dan jaringan saraf yang
menonjol keluar. Lipomyelomeningocele dapat menyebabkan gejala yang mirip
dengan myelomeningocele.
Kondisi Spina Bifida sangat
beragam dalam dampaknya bagi individu yang terkena. Dengan slogan "the right to be different", KSBI
menegaskan bahwa setiap individu, meskipun berbeda, berhak diterima, didukung,
dan mendapatkan kesadaran, informasi, serta penanganan yang layak.
Gathering KSBI 2024 tidak hanya menjadi momen untuk
berkumpul, tetapi juga sebagai ajang untuk memperkuat komitmen KSBI dalam
mendukung anggotanya dan meningkatkan kesadaran publik tentang Spina Bifida.
Selain itu, Gathering ini juga
dihadiri oleh perwakilan Fakultas Kedokteran UI yaitu dr. Budiati Laksmitasari
(dr Mita), dr., SpKFR, dan juga mahasiswa Program Studi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia dalam rangka pelaksanaan interview pasien atau
orang tua pasien Spina Bifida. Dalam kesempatan Gathering tersebut juga dr
Mitha memberikan ilmu rehabilitasi medis pada penyandang spina bifida terutama
dalam hal manajemen berkemih (BAK) dan defekasi (BAB), yang menjadi
permasalahan yang umum terjadi sebagai dampak spina bifida.
Tidak ada komentar