Dosen dan Mahasiswa Biologi UM Ajak Warga Tirtoyudo Malang Memasarkan Kopi Biji Salak “Szalacoffee” melalui E-Commerce Dalam Upaya Peningkatan Perekonomian
Penyuluhan Pengemasan dan Pemasaran
Kopi Biji Salak “Szalacoffee” oleh Dosen dan Mahasiswa Biologi
Universitas Negeri Malang kepada Masyarakat Tirtoyudo, Kabupaten Malang
Nektarnews.com – Jajaran
dosen dan mahasiswa jurusan Biologi Universitas Negeri Malang melaksanakan
pengabdian masyarakat di Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Kegiatan yang
digelar pada tanggal 1 Agustus 2023 itu dilakukan oleh para dosen Biologi
diantaranya Muhammad Andry Prio Utomo, S.Si., M.Si.,
Yunita Rakhmawati, M.Kes., Ajeng Daniarsih, M.Si., Prof. Dr. Dra. Utami Sri
Hastuti, M.Pd, dan Kennis
Rozana, S.Pd, M.Si. Adapun mahasiswa Biologi Universitas Negeri Malang yang
berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat itu adalah Muh. Anwar Rasyid,
Muhammad Taqiyuddin Hilali, Farah
Nirfana Palupi, Fatikha
Rahma Ramadina, dan
Nadila Sekar Zahida. Kegiatan pelatihan pengemasan kopi dari biji salak
“Szalacoffe” ini diikuti oleh ibu-ibu PKK di Desa Tirtoyudo.
Inovasi yang disalurkan ke warga Tirtoyudo Malang yaitu pelatihan pengemasan dan pemasaran kopi dari biji salak “Szalacoffe”. Pelatihan pengemasan menggunakan kemasan coffee drip yang ter up to date sehingga dapat menarik pelanggan. “Adapun pelatihan branding diajarkan cara menggunakan sosial media seperti Instagram, Facebook, Tiktok dan Whatsapp untuk mensosialisasikan kopi biji salak buatan warga Tirtoyudo serta e-commerce yang digunakan dalam pelatihan ini adalah Tokopedia dan Shopee” penjelasan Muhammad Andry Prio Utomo, S.Si., M.Si.
Pelatihan Pengemasan dan Pemasaran Kopi Biji Salak “Szalacoffe” kepada Masyarakat Tirtoyudo, Kabupaten Malang
Kecamatan
Tirtoyudo merupakan salah satu sentra produksi salak terbesar di Kabupaten
Malang. Tingkat konsumsi salak yang tinggi menunjukkan tingginya limbah biji
salak yang dihasilkan. Kopi biji salak merupakan bentuk inovasi serbuk kopi
yang dibuat dari biji salak. Biji salak biasanya dibuang sebagai bahan yang
tidak berguna lagi, sehingga jika menumpuk akan menjadi limbah di lingkungan
sekitarnya. Biji salak dapat menjadi bahan yang berguna dan mempunyai nilai
ekonomi. Setelah biji salak di sangrai, lalu bijinya digiling agar menjadi
bubuk. Produk berupa bubuk ini harus dikemas agar dapat bertahan lebih lama dan
terhindar dari kontaminasi kapang yang dapat dibawa oleh serangga, misalnya
semut yang dapat menyebabkan kopi terkontaminasi oleh spora jamur, “ungkap dosen
Biologi UM, Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd. ”Pengemasan bubuk kopi
memerlukan beberapa persyaratan, yaitu: kemasan harus rapat dan bersih, sehingga
apabila dijual, maka konsumen akan mendapat bubuk kopi yang aman dan tahan lama” tambah Prof. Dr. Dra. Utami Sri
Hastuti, M.Pd.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini menargetkan masyarakat mampu mengemas, membranding dan memasarkan produk biji kopi salak “Szalacoffe” mereka melalui e-commerce. “Untuk mencapai target tersebut dosen dan mahasiswa Biologi UM melakukan praktek langsung pengemasan produk dan penggunaan e-commerce di Kecamatan Tirtoyudo. Serangkaian proses penyampaian pelatihan pengemasan dan pemasaran kopi limbah biji salak pada ibu-ibu PKK Desa Tirtoyudo meliputi: Pengemasan dan branding, marketing, soft selling, content digital marketing, dan hard selling” penjelasan Yunita Rakhmawati, M.Kes.
Pengemasan dan Pemasaran Kopi
Biji Salak “Szalacoffe” oleh Masyarakat Tirtoyudo, Kabupaten Malang
Para pelaku inovasi harus terus mengikuti arus perkembangan
teknologi dalam rangka menghadapi tantangan yang terjadi di berbagai aspek
termasuk perekonomian. Program penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Tirtoyudo
dalam rangka memberdayakan masyarakat Desa Tirtoyudo, Kabupaten Malang
dilakukan untuk melatih keterampilan pembuatan produk inovasi, yaitu pelatihan
pengemasan dan pemasaran kopi biji salak “Szalacoffe”. “Pelatihan ini dilakukan
dalam rangka pemberdayaan dan pelatihan keterampilan masyarakat dalam
berinovasi mengolah hasil limbah komoditas Kecamatan menjadi suatu produk
bernilai ekonomi” ungkap Ajeng Daniarsih, M.Si.
Para dosen dan mahasiswa Biologi sudah membuatkan tester kopi
dan dicicipi oleh ibu-ibu PKK di Kecamatan Tirtoyudo. Komentar mereka secara
umum menyatakan bahwa rasa “Szalacoffe” tidak
berbeda jauh dari kopi pada umumnya dan terdapat sedikit aroma biji salak. Hal
ini merupakan ciri khas yang membedakan Szalacoffe dari biji kopi. Para ibu PKK
sangat antusias mengikuti pelatihan dalam pengemasan hingga pemasaran Szalacoffe.
Mereka berminat untuk melanjutkan usaha ini dengan tujuan untuk menambah
penghasilan. “Berdasarkan hasil pengamatan, mereka menunjukkan bahwa mereka
memahami cara mengemas dan memasarkannya. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat
menjadi salah satu sumbangsih dari para dosen dan mahasiswa Biologi FMIPA UM
kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu PKK di Kecamatan Tirtoyudo agar dapat
meningkatkan kesejahteraan mereka melalui usaha kopi biji salak” ungkap Kennis
Rozana, S.Pd, M.Si.
Tidak ada komentar