Breaking News

[CERPEN] Menari Bersama Hujan

 



Nektarnews.com – Hai, Namaku Queensyah Athala Naumi. Seorang anak perempuan yang sangat menyukai tetesan air hujan. Aku tinggal di sebuah desa bersama dengan keluarga kecilku. Saat ini aku baru berumur 15 tahun. Oh iya, aku sangat menyukai tetesan hujan yang jatuh dari langit. Terasa tenang saat tetesan itu mengenai badan kecilku ini. Hujan ini selalu kunantikan setiap harinya. Hujan bisa mengobati rinduku dengan orang yang dulu selalu mengajakku untuk menari dibawah hujan yang turun.

Pada suatu sore, langit tiba – tiba mendung, pertanda hujan akan segera turun. Aku sangat menantikan hari ini. Tidak menunggu lama hujan turun dengan derasnya. Aku langsung beranjak keluar kamar menuju halaman rumah dan bermain hujan. Di tengah – tengah hujan yang turun aku merasakan air mataku turun dengan sendirinya. Tak terasa batinku terasa sangat sakit jika mengingat kejadian dikala hujan waktu itu. Dipikiranku pun terlintas Kembali kenangan terburuk ketika hujan kala itu. Waktu aku masih bisa menikmati hujan bersama orang terkasihku. Kini air mataku mengalir semakin derasnya dan aku masih saja menari di bawah hujan yang turun membasahi tubuhku.

Kejadian kala itu. Waktu itu aku sedang menikmati keindahan hujan bersama orang terkasihku. Dia laki – laki yang selalu menyebutku adalah putri kecilnya. Yah, dia adalah ayahku. Dulu setiap hujan aku menari dan bercanda gurau dengannya dibawah tetesan air hujan yang turun. Sampai pada suatu saat kejadian yang tidak aku inginkan terjadi. Saat aku menaiki motor dengan ayahku di tengah – tengah hujan, kami mengalami kecelakaan hebat hingga menyebabkan nyawa ayahku terenggut. Beruntung aku masih bisa selamat dari kejadian itu walaupun ada luka yang akan membuatku selalu teringat akan kejadian itu. Semua terasa sangat cepat dan sampai sekarang aku masih tidak menyangka mengapa kejadian ini menimpaku.

Hujan ini turun dengan derasnya menusuk masuk ke dalam jiwaku yang merasakan kepedihan akibatnya. Aku merasa semua ini tidaklah adil. Orang yang biasanya menari denganku di bawah tetesan hujan yang turun kini telah meninggalkanku untuk selama- lamanya. Kini aku hanya bisa menari sendiri dibawah hujan dengan menatap langit membayangkan ayahku sedang menari bersama hujan di surga bersama Tuhan. Aku suka terhadap hujan tetapi aku benci kejadian ketika hujan kala itu.

 

Nur Rohmatul Layly, Universitas Brawijaya

Tidak ada komentar